7 Distraksi Kerja yang Sering Terjadi di Kantor dan Solusi Efektif Mengatasinya
Table of Contents
![]() |
Ilustrasi distraksi kerja yang sering terjadi di kantor (freepik.com/wayhomestudio) |
Kalau kamu bekerja di kantor, pasti pernah mengalami momen ketika fokus kerja tiba-tiba buyar. Entah karena rekan kerja yang terlalu sering mengajak ngobrol, dering notifikasi yang tak berhenti, atau rapat yang ternyata tak menghasilkan apa-apa. Distraksi seperti ini memang terlihat sepele, tapi kalau dibiarkan bisa bikin produktivitas merosot, lho.
Menurut survei dari Udemy, 70% pekerja mengaku sering terdistraksi di tempat kerja, dan 16% di antaranya hampir selalu terganggu setiap hari. Dampaknya jelas terasa: pekerjaan menumpuk, target molor, bahkan motivasi menurun.
Masalahnya, banyak distraksi yang muncul bukan hanya dari luar, tapi juga dari kebiasaan kita sendiri. Misalnya, kebiasaan membuka media sosial di sela kerja atau mencoba multitasking yang sebenarnya malah bikin lambat. Kalau dibiarkan, hal ini bisa memakan waktu kerja berjam-jam setiap minggunya.
Untungnya, setiap gangguan punya solusi kalau kita tahu cara mengatasinya. Di artikel ini, kamu akan menemukan 7 distraksi kerja yang paling sering terjadi di kantor beserta tips praktis untuk menghadapinya, supaya kamu bisa kembali fokus dan menyelesaikan pekerjaan dengan hasil maksimal.
1. Rekan kerja yang terlalu sering mengajak ngobrol
Membangun hubungan baik dengan rekan kerja itu penting, apalagi untuk menciptakan suasana kerja yang hangat. Namun, obrolan yang terlalu sering di luar topik pekerjaan bisa menghabiskan waktu dan mengganggu fokus.
Menurut survei Udemy, 80% pekerja menyebut rekan kerja yang terlalu banyak bicara sebagai sumber gangguan terbesar. Obrolan kecil kadang terasa singkat, tapi kalau dikalikan dengan frekuensi, waktunya bisa memakan 30 menit hingga 1 jam sehari. Dalam seminggu, itu sudah setara dengan setengah hari kerja yang hilang.
Solusi:
Solusi:
- Gunakan kode non-verbal, seperti memakai headphone, untuk memberi sinyal bahwa kamu sedang fokus.
- Sampaikan dengan sopan kalau kamu sedang di tenggat waktu dan akan ngobrol nanti saat istirahat.
- Atur waktu ngobrol, misalnya saat makan siang atau coffee break.
2. Kebisingan kantor
Lingkungan kantor memang jarang benar-benar sunyi. Suara telepon, tawa, musik, atau percakapan bisa membuat konsentrasi buyar.
Penelitian dari University of Sydney menemukan bahwa 30% pekerja di cubicle dan 25% di ruang kerja tanpa sekat merasa terganggu oleh tingkat kebisingan. Penelitian lain dari Ipsos dan Steelcase bahkan menunjukkan bahwa pekerja rata-rata kehilangan 86 menit produktivitas setiap hari hanya karena gangguan suara. Kalau dihitung dalam sebulan, ini setara dengan hampir dua minggu kerja.
Solusi:
Solusi:
- Gunakan earphone dengan musik instrumental atau white noise untuk membantu fokus.
- Cari ruang kerja yang lebih tenang saat mengerjakan tugas penting.
- Kalau memungkinkan, ajukan permintaan untuk work from home di hari-hari tertentu agar pekerjaan yang butuh fokus bisa selesai lebih cepat.
3. Email yang menumpuk
Email memang bagian penting dari komunikasi kerja, tapi kalau kamu membukanya setiap kali ada notifikasi, produktivitas akan menurun drastis. Tim Ferriss, penulis The 4-Hour Workweek, bahkan menyebut email sebagai salah satu sumber gangguan terbesar di era modern.
Setiap kali kamu berhenti mengerjakan tugas hanya untuk membuka email, otak butuh waktu lagi untuk kembali fokus. Hasilnya, pekerjaan yang seharusnya selesai dalam satu jam bisa molor dua kali lipat.
Solusi:
Setiap kali kamu berhenti mengerjakan tugas hanya untuk membuka email, otak butuh waktu lagi untuk kembali fokus. Hasilnya, pekerjaan yang seharusnya selesai dalam satu jam bisa molor dua kali lipat.
Solusi:
- Tetapkan jam khusus untuk memeriksa email, misalnya pagi jam 10 dan sore jam 4.
- Matikan notifikasi email di laptop maupun ponsel.
- Gunakan metode batching untuk menjawab email sekaligus pada waktu tertentu, bukan satu per satu sepanjang hari.
4. Penggunaan smartphone berlebihan
Smartphone memang memudahkan komunikasi dan akses informasi, tapi kalau terlalu sering digunakan di jam kerja, dampaknya bisa fatal. Riset dari Deloitte menunjukkan rata-rata orang mengecek smartphone 47 kali sehari. Dalam jam kerja, ini berarti hampir setiap jam kita tergoda membuka ponsel 5-6 kali.
Masalahnya, sekali membuka ponsel, biasanya tidak hanya sekadar membalas pesan penting. Sering kali kita tergoda membuka media sosial, berita, atau aplikasi lain yang sebenarnya tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Solusi:
Masalahnya, sekali membuka ponsel, biasanya tidak hanya sekadar membalas pesan penting. Sering kali kita tergoda membuka media sosial, berita, atau aplikasi lain yang sebenarnya tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Solusi:
- Letakkan ponsel di tempat yang tidak terlihat atau di dalam laci.
- Matikan notifikasi yang tidak penting, termasuk aplikasi chatting pribadi.
- Gunakan fitur focus mode atau app timer untuk membatasi penggunaan aplikasi tertentu selama jam kerja.
5. Media sosial
Media sosial ibarat jebakan yang selalu menunggu untuk diklik. Cal Newport, penulis Deep Work, membandingkan media sosial dengan kasino: kita terus kembali karena berharap mendapatkan "hadiah" berupa like, komentar, atau notifikasi baru.
Masalahnya, waktu yang dihabiskan di media sosial selama jam kerja bisa dengan cepat bertambah tanpa disadari. Lima menit scrolling bisa berubah menjadi 30 menit sebelum kamu sadar.
Solusi:
Masalahnya, waktu yang dihabiskan di media sosial selama jam kerja bisa dengan cepat bertambah tanpa disadari. Lima menit scrolling bisa berubah menjadi 30 menit sebelum kamu sadar.
Solusi:
- Batasi waktu akses media sosial hanya di jam istirahat, maksimal 10-15 menit.
- Matikan semua notifikasi media sosial saat jam kerja.
- Gunakan ekstensi browser seperti StayFocusd atau Freedom untuk memblokir akses di jam produktif.
6. Rapat yang tidak produktif
Rapat adalah salah satu kebutuhan kerja, tapi juga sering menjadi pemborosan waktu. Menurut data CareerBuilder, pekerja menghadiri rata-rata 62 rapat per bulan, dan separuhnya dianggap membuang waktu. Bahkan, 39% peserta mengaku pernah tertidur di tengah rapat.
Bayangkan, kalau setiap rapat tidak punya agenda yang jelas, kita bisa kehilangan puluhan jam kerja produktif dalam sebulan.
Solusi:
Bayangkan, kalau setiap rapat tidak punya agenda yang jelas, kita bisa kehilangan puluhan jam kerja produktif dalam sebulan.
Solusi:
- Pastikan setiap rapat punya agenda yang jelas sebelum dimulai.
- Batasi durasi rapat, misalnya maksimal 30 menit.
- Terapkan stand-up meeting untuk membuat diskusi lebih cepat dan fokus.
7. Multitasking
Banyak orang mengira multitasking bisa membuat pekerjaan lebih cepat selesai. Faktanya, penelitian yang dikutip di Harvard Business Review menunjukkan bahwa produktivitas bisa turun hingga 40% saat kita mencoba mengerjakan beberapa hal sekaligus. Peneliti Gloria Mark juga menemukan bahwa butuh rata-rata 23 menit untuk kembali fokus setelah terdistraksi.
Multitasking membuat kita sering berpindah konteks, yang akhirnya membuat pekerjaan justru memakan waktu lebih lama.
Solusi:
Kalau strategi ini diterapkan secara konsisten, kamu akan merasakan perbedaan besar dalam fokus, produktivitas, dan kualitas hasil kerja. Ingat, kendali ada di tangan kamu, jangan biarkan distraksi mengambil alih hari kerjamu.
Sumber: lifehack
Multitasking membuat kita sering berpindah konteks, yang akhirnya membuat pekerjaan justru memakan waktu lebih lama.
Solusi:
- Gunakan teknik time blocking untuk fokus pada satu tugas dalam satu periode waktu.
- Terapkan metode 60-60-30: kerja 50 menit, istirahat 10 menit, lalu ulangi. Setelah dua sesi, ambil istirahat panjang 30 menit.
- Kelompokkan pekerjaan sejenis agar transisi antar-tugas lebih lancar dan efisien.
Kalau strategi ini diterapkan secara konsisten, kamu akan merasakan perbedaan besar dalam fokus, produktivitas, dan kualitas hasil kerja. Ingat, kendali ada di tangan kamu, jangan biarkan distraksi mengambil alih hari kerjamu.
Sumber: lifehack
Post a Comment