Mengungkap Fakta Gaya Hidup Minimalis Generasi Milenial, Hanya Mitos?

Table of Contents
ilustrasi gaya hidup minimalis (freepik.com/freepik)

Gaya hidup minimalis sering kali diasosiasikan dengan generasi milenial. Banyak media dan pakar menyoroti tren ini sebagai respons milenial terhadap tekanan konsumerisme.

Namun, benarkah generasi ini benar-benar mempraktikkan gaya hidup minimalis, atau apakah itu sekadar mitos? Yuk, kita bahas fakta-fakta menarik tentang gaya hidup ini dan cari tahu kebenarannya!

1. Apa itu minimalisme?

Minimalisme adalah pendekatan hidup yang fokus pada hal-hal esensial. Ini mencakup mengurangi barang-barang yang gak dibutuhkan, memilih pengalaman daripada benda, dan hidup dengan lebih sederhana.

Menurut Vikram Kankaria, CEO Fashor, minimalisme adalah cara untuk menyederhanakan hidup dan fokus pada apa yang benar-benar penting. Bagi banyak milenial, minimalisme menjadi cara melawan dunia yang penuh dengan konsumerisme dan saturasi digital.

2. Milenial: Pelopor atau hanya ikut tren?

Milenial sering disebut sebagai pelopor gaya hidup minimalis. Joshua Becker dari Becoming Minimalist mengungkapkan bahwa generasi ini memiliki kecenderungan untuk mengutamakan pengalaman dibandingkan kepemilikan barang.

Becker juga menyebut bahwa banyak milenial memilih tinggal di area urban dengan akses mudah ke transportasi umum, sehingga mengurangi kebutuhan kendaraan pribadi. Namun, apakah itu cukup untuk menyebut mereka sebagai minimalis sejati?

3. Data belanja milenial menunjukkan cerita berbeda

Meski milenial sering dikaitkan dengan minimalisme, data menunjukkan mereka tetap aktif dalam konsumsi. Kelli Maria Korducki dalam Business Insider menyebutkan bahwa kebiasaan belanja milenial kini mirip dengan generasi sebelumnya, seperti Gen X dan baby boomers.

Bahkan, milenial saat ini menjadi kelompok pembeli rumah terbesar, yang menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kebutuhan konsumtif yang signifikan. Jadi, stereotip milenial sebagai generasi antikonsumerisme tampaknya enggak sepenuhnya benar.

4. Minimalisme: Gerakan estetika atau gaya hidup?

Banyak pendapat menyatakan bahwa minimalisme lebih merupakan gerakan estetika ketimbang perubahan gaya hidup. Pilihan furnitur minimalis dari IKEA atau preferensi pada dekorasi sederhana adalah contoh bagaimana milenial lebih terfokus pada estetika daripada benar-benar mengurangi konsumsi. Hal ini juga tercermin dalam belanja mereka untuk pengalaman seperti liburan atau makan di restoran mewah, yang meskipun berbeda, tetap merupakan bentuk konsumsi.

5. Apakah generasi Z mengambil alih?

Generasi Z, lebih muda dari milenial, mulai memperkenalkan pendekatan baru terhadap konsumsi, seperti tren ‘underconsumption core’ di TikTok. Tren ini mengedepankan kesadaran terhadap konsumsi berlebihan dan memberikan alternatif terhadap budaya haul di platform e-commerce. Seiring waktu, generasi Z mungkin menggantikan milenial sebagai wajah baru minimalisme.

6. Tantangan lingkungan dan sikap terhadap korporasi

Becker juga menyoroti bahwa kekhawatiran milenial terhadap lingkungan dan ketidakpercayaan terhadap korporasi menjadi faktor yang mendorong mereka untuk lebih minimalis. Meski demikian, gaya hidup ini sering kali bertabrakan dengan kenyataan ekonomi, seperti kebutuhan untuk menyeimbangkan pengeluaran dengan pendapatan. Langkah ini menunjukkan bahwa milenial berusaha menyesuaikan prinsip minimalisme dengan realitas kehidupan modern.

Jadi, apakah milenial benar-benar minimalis? Jawabannya kompleks. Di satu sisi, mereka mempromosikan nilai-nilai minimalisme seperti pengalaman di atas kepemilikan barang. Di sisi lain, data menunjukkan bahwa mereka masih sangat terlibat dalam aktivitas konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa minimalisme tetap menjadi cara menarik untuk menantang pola konsumsi tradisional, baik bagi milenial maupun generasi berikutnya.

Dengan memahami fakta-fakta ini, kamu bisa menentukan sendiri, apakah kamu ingin menjalani gaya hidup minimalis atau sekadar mengambil inspirasinya!

Sumber: retailwire

Post a Comment