10 Dampak Distraksi terhadap Mental Health yang Jarang Disadari Banyak Orang
Table of Contents
![]() |
Ilustrasi dampak distraksi terhadap mental health yang jarang disadari banyak orang (freepik.com/upklyak) |
Di era digital ini, kamu pasti sering merasa dikelilingi oleh berbagai macam distraksi. Mulai dari notifikasi media sosial, email kerja yang terus berdatangan, hingga kebiasaan scrolling tanpa henti.
Distraksi memang bisa terasa sepele, bahkan kadang jadi cara untuk mengalihkan rasa bosan. Tapi, kamu mungkin tidak sadar kalau distraksi yang berlebihan bisa berdampak cukup besar pada mental health.
Menurut ahli neurosains Anna Lembke, kita hidup di masa dengan waktu luang yang banyak, namun justru sering mengisinya dengan distraksi yang berhubungan dengan aktivitas pemicu dopamin. Kalau hal ini dilakukan berlebihan, bisa menimbulkan masalah pada kesehatan mental.
Di sisi lain, distraksi yang tepat kadang juga bisa membantu mengurangi rasa sakit emosional. Jadi, sebenarnya distraksi itu punya dua sisi: bisa bermanfaat, tapi juga bisa berbahaya kalau tidak terkontrol.
Nah, di artikel ini kamu akan menemukan 10 dampak distraksi terhadap mental health yang jarang disadari banyak orang.
Nah, di artikel ini kamu akan menemukan 10 dampak distraksi terhadap mental health yang jarang disadari banyak orang.
1. Mengurangi kemampuan fokus
Distraksi yang terlalu sering bisa bikin otak kamu sulit untuk mempertahankan fokus dalam waktu lama. Penelitian dalam Dopamine Nation karya Anna Lembke menjelaskan bahwa otak manusia cenderung mencari stimulus baru saat merasa bosan, sehingga kebiasaan ini mengganggu kemampuan konsentrasi jangka panjang. Akibatnya, kamu jadi lebih cepat terdistraksi bahkan ketika mengerjakan hal penting.
2. Memicu rasa cemas berlebih
Sering berpindah dari satu distraksi ke distraksi lain, seperti multitasking dengan media sosial dan pekerjaan, bisa meningkatkan level kecemasan. Otak jadi jarang benar-benar beristirahat, sehingga rasa gelisah mudah muncul. Banyak orang tidak menyadari kalau rasa “tidak tenang” sehari-hari sebenarnya berasal dari kebiasaan terlalu sering terdistraksi.
3. Menurunkan kualitas tidur
Kebiasaan scrolling ponsel sebelum tidur adalah bentuk distraksi yang bisa mengacaukan pola tidurmu. Paparan cahaya biru dari layar mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu tidur nyenyak. Jika dibiarkan, kualitas tidur menurun dan berdampak langsung pada mood serta kesehatan mental.
4. Menghindarkan diri dari emosi sebenarnya
Menurut Lembke, distraksi sering digunakan untuk menghindari rasa bosan atau perasaan sulit. Misalnya, kamu menonton serial tanpa henti untuk melupakan masalah pribadi.
Awalnya terasa membantu, tapi dalam jangka panjang kamu justru makin sulit menghadapi emosi secara sehat. Emosi yang ditekan ini bisa menumpuk dan memicu stres.
5. Membuat keputusan impulsif
Distraksi berhubungan erat dengan sistem dopamin di otak. Ketika kamu terbiasa mencari kesenangan cepat, kamu cenderung membuat keputusan secara impulsif.
Contohnya, belanja online karena iklan yang muncul, padahal barang itu tidak benar-benar kamu butuhkan. Lama-lama, ini bisa berdampak pada keuangan dan mental health.
6. Meningkatkan risiko kecanduan
Distraksi yang berhubungan dengan kesenangan instan, seperti media sosial, gim online, atau bahkan alkohol, bisa berkembang menjadi kecanduan. Dalam kasus yang lebih ekstrem, Lembke menyebut bahwa kecanduan ini membuat orang merasa hampa ketika mencoba berhenti, sehingga kembali lagi pada distraksi yang sama. Siklus ini merusak keseimbangan emosional dan kesehatan mental secara keseluruhan.
7. Mengurangi rasa produktif dan puas diri
Ketika terlalu banyak terdistraksi, pekerjaanmu mungkin tetap selesai, tapi hasilnya tidak maksimal. Hal ini membuat kamu merasa kurang produktif dan tidak puas dengan pencapaian yang ada. Lama-lama, rasa percaya diri pun ikut menurun karena merasa tidak pernah benar-benar fokus menyelesaikan sesuatu dengan baik.
8. Memperburuk rasa kesepian
Kamu mungkin berpikir bahwa distraksi lewat media sosial bisa membantu merasa lebih terhubung. Padahal, penelitian menunjukkan sebaliknya: penggunaan media sosial yang berlebihan justru bisa membuat orang merasa lebih kesepian. Ini karena interaksi digital tidak selalu mampu menggantikan kualitas hubungan nyata.
9. Memperbesar tekanan batin
Mengalihkan perhatian lewat distraksi memang bisa terasa menenangkan sesaat. Tapi menurut refleksi yang dibahas dalam The New Yorker mengenai kehidupan para biarawan di abad pertengahan, distraksi tidak pernah benar-benar hilang dari hidup manusia. Jika terus digunakan untuk lari dari masalah, distraksi justru menambah beban batin karena kamu tidak menghadapi akar persoalan secara langsung.
10. Bisa jadi alat coping sehat bila digunakan dengan tepat
Menariknya, tidak semua dampak distraksi itu negatif. Dalam terapi dialectical behaviour therapy (DBT), distraksi justru digunakan sebagai alat bantu agar seseorang tidak terjebak dalam perilaku merugikan seperti self-harm.
Distraksi sehat seperti menonton film, memasak, atau sekadar jalan-jalan bisa membantu kamu menenangkan pikiran saat beban terasa terlalu berat. Jadi, kuncinya adalah keseimbangan.
Distraksi memang sudah jadi bagian dari kehidupan modern, apalagi dengan banyaknya perangkat digital di sekitar kita. Seperti yang kamu baca tadi, ada dampak negatif distraksi terhadap mental health yang jarang disadari banyak orang, mulai dari turunnya fokus hingga meningkatnya kecemasan. Namun, jika dipakai dengan tepat, distraksi juga bisa menjadi alat coping yang membantu.
Jadi, bukan berarti kamu harus menghindari distraksi sepenuhnya. Yang penting adalah bagaimana kamu mengelolanya.
Distraksi memang sudah jadi bagian dari kehidupan modern, apalagi dengan banyaknya perangkat digital di sekitar kita. Seperti yang kamu baca tadi, ada dampak negatif distraksi terhadap mental health yang jarang disadari banyak orang, mulai dari turunnya fokus hingga meningkatnya kecemasan. Namun, jika dipakai dengan tepat, distraksi juga bisa menjadi alat coping yang membantu.
Jadi, bukan berarti kamu harus menghindari distraksi sepenuhnya. Yang penting adalah bagaimana kamu mengelolanya.
Cobalah mengenali kapan distraksi membantumu dan kapan justru merugikan. Dengan begitu, kamu bisa menjaga mental health tetap sehat sekaligus menikmati hidup dengan lebih seimbang.
Sumber: psychologytoday
Sumber: psychologytoday
Post a Comment