Fokus dan Distraksi Anak: Temuan Ilmiah yang Bisa Bantu Tingkatkan Belajar

Table of Contents
Ilustrasi fokus dan distraksi anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kamu pasti pernah melihat anak bisa fokus berjam-jam main game, tapi hanya lima menit belajar sudah merasa bosan. Fenomena ini sering bikin orangtua bingung, apakah anak sebenarnya malas atau memang ada faktor lain yang memengaruhi konsentrasinya.

Sebenarnya, kemampuan fokus dan mudah terdistraksi bukan sekadar soal kemauan, tapi juga dipengaruhi oleh proses kerja otak. Ilmuwan dan pakar neurologi menemukan bahwa fokus dan distraksi adalah dua hal berbeda yang sama-sama punya peran dalam perkembangan anak.

Kalau dipahami dengan benar, kamu bisa membantu anak meningkatkan kemampuan belajar tanpa harus terus-menerus mengingatkan atau memarahi mereka.

Nah, di artikel ini, kita akan membahas temuan ilmiah tentang fokus dan distraksi anak, termasuk tips belajar efektif yang bisa kamu terapkan di rumah agar anak lebih mudah konsentrasi saat belajar.

Memahami perbedaan fokus dan distraksi

Menurut penjelasan dari pakar neurologi Dr. Joaquin Anguera, fokus dan distraksi bukanlah dua sisi dari koin yang sama. Fokus adalah kemampuan mengarahkan perhatian pada satu tugas, sedangkan distraksi adalah kondisi ketika perhatian teralihkan ke hal lain.

Anak butuh keduanya: fokus agar bisa menyelesaikan tugas, dan distraksi untuk belajar kapan harus mengalihkan energi ke hal penting lainnya. Jadi, kuncinya bukan menghilangkan distraksi sepenuhnya, melainkan melatih anak mengontrol kapan mereka harus fokus dan kapan boleh mengalihkan perhatian.

Mengenal tiga aspek penting dalam kontrol kognitif

Dr. Anguera menyebut bahwa fokus dan kemampuan menghindari distraksi terkait dengan apa yang disebut kontrol kognitif. Ada tiga bagian utama dalam kontrol kognitif yang saling berkaitan:
  1. Perhatian (attention): anak perlu melatih kemampuan untuk benar-benar memberi perhatian pada tugas tertentu. Inilah yang menjelaskan kenapa mereka bisa “tenggelam” saat main game tapi kesulitan saat mengerjakan PR. Game memberi stimulasi yang menarik, sedangkan PR sering terasa monoton.
  2. Memori kerja (working memory): memori kerja membantu anak menyimpan informasi dalam jangka pendek untuk kemudian diproses. Misalnya, saat guru menjelaskan tugas di kelas, anak harus bisa mengingat instruksi sampai tiba waktunya mengerjakan. Kalau perhatian lemah, otomatis memori kerja juga tidak berjalan maksimal.
  3. Manajemen tujuan (goal management): bagian ini sering jadi masalah bagi anak. Mereka bisa menyelesaikan PR dengan baik, tapi lupa mengumpulkannya. Itu bukan karena malas, melainkan kemampuan mengelola tujuan yang belum terlatih. Anak perlu belajar kapan harus berganti fokus, lalu kembali lagi ke tugas semula hingga selesai.
Ketiga aspek ini sangat penting kalau kamu ingin tahu cara meningkatkan fokus anak dalam jangka panjang.

Menyadari sumber distraksi anak

Distraksi belajar bisa datang dari dua arah: eksternal dan internal.
  1. Eksternal: suara berisik, teman sebangku yang ramai, atau notifikasi gadget.
  2. Internal: rasa bosan, lelah, cemas, atau tidak tertarik dengan pelajaran.
Kalau kamu melihat anak sering kehilangan fokus, penting untuk mencari tahu apa penyebab utamanya. Misalnya, apakah karena suasana rumah yang ribut, atau karena anak sedang cemas soal pertemanan di sekolah.

Dengan memahami sumber distraksi, kamu bisa menyesuaikan strategi agar cara anak konsentrasi lebih efektif.

Mitigasi distraksi di rumah

Menurut Dr. Anguera, setiap anak punya kebutuhan yang berbeda soal lingkungan belajar. Ada yang butuh ruangan hening, ada juga yang justru lebih nyaman dengan musik lembut. Kamu bisa bereksperimen dengan kondisi belajar anak, misalnya:
  1. Menentukan waktu belajar tanpa gangguan gadget.
  2. Memberi jeda istirahat setiap 25-30 menit.
  3. Membuat sudut belajar khusus yang bebas dari televisi atau suara ramai.
Intinya, bukan hanya memaksa anak duduk diam, tapi mencari pola yang cocok dengan gaya belajar mereka. Tips belajar efektif ini bisa jadi solusi sederhana untuk membantu fokus anak saat belajar.

Menyelaraskan tujuan anak dengan orangtua

Banyak orangtua fokus pada target akademik, sementara anak punya tujuan lain seperti bermain game atau menonton film. Kalau tujuan ini berbenturan, anak cenderung melawan atau sulit fokus.

Cara terbaik adalah menyepakati prioritas bersama. Misalnya: anak boleh menonton serial favorit setelah PR selesai. Dengan begitu, anak belajar bahwa menyelesaikan tugas lebih dulu justru memberi ruang untuk hal-hal menyenangkan.

Melatih anak untuk mengalihkan distraksi

Distraksi pasti akan selalu ada, entah dari lingkungan atau pikiran sendiri. Alih-alih berharap distraksi hilang total, lebih baik ajari anak bagaimana cara kembali ke fokus setelah teralihkan.

Misalnya, saat anak tiba-tiba berhenti belajar karena mendengar suara motor lewat, kamu bisa membimbingnya untuk kembali ke buku setelah suara reda. Semakin sering anak dilatih, semakin kuat kemampuan otaknya dalam mengatur fokus. Ini salah satu kunci cara anak konsentrasi lebih baik tanpa harus dipaksa.

Latihan jangka panjang untuk meningkatkan fokus

Beberapa riset menunjukkan bahwa otak anak bisa membangun jalur komunikasi baru yang lebih kuat melalui latihan tertentu. Aktivitas seperti permainan kognitif, latihan fisik teratur, hingga kegiatan sensorik bisa membantu meningkatkan konsentrasi.

Program seperti Brain Balance, yang mengombinasikan aktivitas fisik, sensorik, dan kognitif, terbukti mampu memperkuat koneksi otak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harvard, metode ini bahkan dapat menurunkan gejala ADHD dan meningkatkan perhatian anak secara signifikan.

Dengan latihan jangka panjang seperti ini, kamu tidak hanya membantu anak belajar lebih fokus, tapi juga mengembangkan keterampilan kognitif yang bermanfaat untuk masa depannya.

Membantu anak meningkatkan fokus bukan sekadar mematikan TV atau menyita gadget. Lebih dalam dari itu, kamu perlu memahami bagaimana otak bekerja dalam mengatur perhatian, memori, dan tujuan.

Dengan memitigasi distraksi, menyelaraskan tujuan, serta melatih anak untuk kembali fokus, kamu bisa menciptakan pola belajar yang lebih efektif.

Ingat, setiap anak punya gaya belajar berbeda, jadi butuh kesabaran untuk menemukan formula yang tepat. Dengan dukunganmu, anak bukan hanya lebih fokus, tapi juga lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan belajar.

Sumber: brainbalancecenters

Post a Comment